Apa yang paling jauh di dunia ini?
Jawabnya adalah masa lalu.
Kita takkan dapat menemuinya kembali.
(Imam Al-Ghozali, sufi dan filsuf Islam)
Sore ini, tepat pukul 17.54 WIB, di kamar, ditemani segelas jus strobery yang masih segar dan diiringi nasyid Izzatul Islam, tiba-tiba tubuh dan jiwa ini merasakan rasa yang unik tapi asyik. Rasa itu sepertinya pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Teringat Musholla Sma 6 Jogja, dimana waktu sore kuhabiskan sendiri, membersihkan tempat wudhu yang sering sekali kotor karena atap yang bocor dan siswa-siswi iseng membuang sampah di dekatnya.
Rasa ini sama, disaat sore hari, membuat rapat kecil untuk memikirkan suksesi rohis pada saat itu. Teringat nama-nama Mas Fajar, Mas Ridho, Mas Ardhy, Mas Elang, Mas Arso, Mas Gin, Mas Rizqi, Mas Bambang, Mas Aam, Fahmi, Ario, Baron, Cipta, Dimas, Onid, Wahyu, Andra, Austa, Elok, Ika, Syaroh, Aisyah, Tandra, Zakky, Alif, Alfi, Olan, Kautsar, Mbak Risa, Mbak Tata, Mbak Wiwit, Mbak Wikan, Mbak Dian dan saudara-saudariku di Dalam Corps Dakwah Sekolah Ash-Shaff. Kita berteman dan bersaudara karena satu hal, dan satu tujuan. Allah SWT. Dia yang memberikan kami semangat membuncah di dada.
Dan pada saat itu kami tidak sendiri. Ada para Bapak dan Ibu Guru kami tercinta yang ikut membantu menjaga akhlaq dan moral pemuda Sma 6. Pak Sukarma, Bu Eny, Pak Bambang Edy, Pak Fathoni (pembina rohis kami), Bu Titi (pembina rohis kami juga), Pak Eko, Pak Ruby, Guru BK tercinta (semoga kalian semua mendapat lindungan Allah SWT).
Rasa ini sama.
Rasa dimana kami selalu bercerita tentang indahnya dakwah dan kehidupan masa muda kita. Allah mencintai orang-orang yang sholih, tetapi Allah lebih mencintai anak-anak muda yang sholih. Menambah semangat berilmu dan beramal kami pada saat itu.